Virus Hendra lebih Ganas, tapi langka
Virus ini merupakan zoonosis langka yang bisa melompat/menyebar ke manusia.
Baca juga tentang : Bahaya Hepatitis ‘Misterius’ dan Cara Mencegahnya
Virus Hendra, virus apa?
Nama yang umumnya adalah nama orang di Indonesia, namun bukan itu maksud dari penjelasan apa itu virus Hendra. Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1994 di daerah bernama Hendra, di pinggiran kota Brisbane, Australia. Virus itu ditemukan saat wabah penyakit pernapasan dan neurologis menyerand kuda dan manusia.
Di Indonesia virus ini ditemukan di daerah Pontianak, Kalimantan Barat dan Manado Sulawesi Utara pada tahun 2013 lalu. Para peneliti menemukan antibodi virus ini pada puluhan kelelawar di dua daerah tersebut.Virus Hendra masih satu keluarga dengan virus Nipah yang merupakan keluarga virus Paramyxoridae dari genus Henipavirus yang menginfeksi hewan ternak babi dengan penularan keleawar pemakan buah. Di tempat asalnya ditemukan, virus Hendra menginfeksi kuda, dengan masa inkubasi 5-16 hari.
Baca juga tentang : Kenapa Test Premarital Penting Sebelum Menikah
Virus ini memiliki sifat zoonosis yang artinya bisa berpindah dari host ke host dari hewan ke manusia. Apabila penularan antara hewan kelelawar langsung ke manusia cukup sulit, maka penularan kelelawar ke hewan kuda lebih mudah karena sesama mamalia.
Penyakit ini dapat menular inang alami flying fox (kelelawar) ke hewan lain zoonosis. Penularan dari manusia ke manusia masih belum ditemukan akan tetapi penularan virus ini ke manusia dapat terjadi setelah manusia terpapar cairan dan jaringan tubuh atau kotoran kuda yang terinfeksi virus Hendra. Kuda sendiri dapat terinfeksi apabila terpapar dalam urin flying fox yang terinfeksi.
Gejalanya
Mengutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala dapat berkembang antar 5-21 hari setelah kontak erat dengan hewan yang terinfeksi.
Gejala-gejalanya sebagai berikut :
- Demam
- Batuk
- Sakit Tenggorokan
- Sakit Kepala
- Kelelahan
- Meningitis
- Kejang-kejang
- Koma
Berdasarkan sumber lain virus ini juga dapat menyebabkan kesulitan bernafas, kantuk yang tidak biasa hingga kebingungan. Angka kematian (Case Fatality Rate) CFR pada manusia cukup tinggi yakni 57%. Diagnosis penyakit Hendra bisa dilakukan dengan melakukan cek laboratorium dengan RT-PCR. Penyakit ini belum ditemukan vaksin nya, sehingga belum ada pengobatan spesifik sehingga pengobatan bersifat simptomatis dan supportif.
Beberapa langkah untuk melakukan tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan yakni :
- Perilaku hidup bersih
- Hindari Perburuan Liar
- Hindari kontak denga hewan liar
- Mengonsumsi daging matang
- Tidak mengonsumsi produk buah langsung karena dapat terkontaminasi oleh keleleawar.
- Cuci dan kupas buah secara menyeluruh
- Bagi petugas kesehatan terapkan pencegahan dengan pengendalian infeksi.
- Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya.
Baca juga tentang : WHO Menetapkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global
Di Australia sebanyak 70% yang terinfeksi virus ini mati. Pengobatan pendukung seperti anti inflamasi dan terapi cairan mungkin bisa dilakukan, tapi pemerintah Australia mengatakan Eutanasia, mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi ke manusia atau ke hewan lain.
Sebenarnya sangat rapuh, virus ini bisa mati karena panas, sabun, atau detergen dan dengan pengeringan. Virus ini dapat bertahan hidup di lingkungan mulai dari beberapa jam hingga beberapa hari tergantung pada keadaan lingkungan. Kondisi lembab dengan pH mendekati netral membuat kelangsungan hidup virus ini lebih lama.
Referensi :
- https://www.who.int/health-topics/hendra-virusdisease#tab=tab_1
- https://www.cdc.gov/vhf/hendra/index.html
- Medlleton D. Hendra Virus. https:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4252762
- Goldspink LK et al. 2015. Hendra Virus Disease (HeV). Natural Hendra Virus Infection in Flying-Foxes – Tissue Tropism and Risk Factors. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0128835
- Sendow, et al. 2013. Status Infeksi Virus Hendra Pada Kalong (Pteropus spp.) di Pontianak, Kalimantan Barat dan Manado, Sulawesi Utara (Hendra Virus Invectious Status on Flying Fox (Pteropus spp) in Pontianak West Kalimantan and ManadoNorth Menado. Jurnal Biologi Indonesia. 9(1): 31-38 (2013).