Gejala dan Penanganan Diabetes Gestasional

Gejala dan Penanganan Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada ibu hamil selama kehamilan sampai proses persalinan. Kondisi ini perlu diwaspadai Gejala dan Penanganan Diabetes Gestasional karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan ibu dan janinnya.

Jika Anda memiliki pertanyaan lain mengenai diabetes gestasional atau ingin melakukan cek darah dengan nyaman tanpa harus keluar rumah, Anda bisa menghubungi Kavacare di nomor 0811 1446 777.

Kavacare juga menyediakan layanan homecare lainnya serta memiliki ahli gizi yang dapat memberikan rekomendasi menu diet seimbang bagi ibu hamil yang berupaya mengontrol kadar gula darah selama kehamilan.

Apa Itu Diabetes Gestasional?

Diabetes gestasional (DG) adalah setiap derajat intoleransi glukosa dengan onset atau baru terdiagnosis saat hamil, yang umumnya muncul di usia kehamilan antara minggu ke 24 dan 28.

Kondisi tersebut diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu:

  • Kelas A1, menggambarkan DG yang dapat dikelola melalui diet saja.
  • Kelas A2, menggambarkan DG yang memerlukan insulin atau obat-obatan oral untuk mencapai kontrol glikemik normal.

Tanda-Tanda

Gejala dan Penanganan Diabetes Gestasional, Diabetes gestasional biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala sehingga kebanyakan ibu hamil tidak akan menyadari bahwa mereka memiliki DG sampai mereka menjalani skrining DG yang biasa dilakukan pada trimester kedua.

Tetapi, jika kadar gula darah ibu hamil terlalu tinggi (hiperglikemia), beberapa mungkin akan mengalami gejala, seperti:

  • Sering merasa haus
  • Buang air kecil lebih sering dari biasanya
  • Mulut kering
  • Penglihatan kabur
  • Kelelahan
  • Sariawan
  • Rasa gatal di sekitar kelamin

Meski begitu, Gejala dan Penanganan Diabetes Gestasional di atas pada umumnya memang biasa terjadi selama kehamilan dan belum tentu merupakan pertanda ibu hamil menderita diabetes gestasional. Jadi, jika ibu hamil khawatir dengan gejala yang dialami, jangan menunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Terlebih lagi jika gejala tersebut berlangsung lebih lama dan semakin parah atau menimbulkan ketidaknyamanan.

Penyebab

Penyebab diabetes gestasional terkait dengan disfungsi sel beta pankreas atau disfungsi sel beta pankreas atau keterlambatan respons sel beta terhadap kadar glikemik. Selain itu, selama kehamilan, tubuh ibu hamil banyak mengalami perubahan termasuk peningkatan jumlah berbagai jenis hormon, seperti laktogen plasenta manusia yang merupakan hormon utama yang terkait dengan peningkatan resistensi insulin pada DG.

Hormon-hormon lain seperti HGH (Human Growth Hormon), prolaktin, hormon pelepas kortikotropin, dan progesteron juga memiliki keterkaitan dengan perkembangan penyakit ini karena berkontribusi pada stimulasi resistensi insulin dan hiperglikemia selama kehamilan.

Insulin sendiri merupakan suatu hormon yang memiliki peran penting dalam penyerapan glukosa (gula) dari makanan dan mengirimkannya ke ke sel-sel tubuh untuk diubah menjadi energi.

Resistensi insulin meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Ketika tubuh ibu hamil tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk memenuhi jumlah insulin yang diperlukan, maka akibatnya kadar gula darah dapat meningkat dan menimbulkan risiko mengalami diabetes gestasional.

Komplikasi

Diabetes gestasional yang tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi yang mempengaruhi ibu dan janinnya, yang meliputi:

  • Pre-eklampsia. Yaitu suatu kondisi yang menyebabkan ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan. Kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan lain jika tidak diobati.
  • Janin tumbuh lebih besar. Kondisi DG dapat membuat janin tumbuh lebih besar dari biasanya. Hal ini akan mempersulit persalinan dan meningkatkan kemungkinan persalinan melalui prosedur bedah caesar.
  • Polihidramnion. Merupakan kondisi dimana terlalu banyak cairan ketuban di dalam rahim yang dapat menyebabkan persalinan prematur atau masalah saat melahirkan.
  • Kelahiran prematur. Yaitu melahirkan sebelum minggu ke-37 kehamilan. Kelahiran prematur ini dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi.
  • DG juga meningkatkan risiko bayi mengalami hipoglikemia atau gula darah rendah yang dapat menyebabkan kejang pada bayi baru lahir.
  • Jaundice atau penyakit kuning. Bayi terlahir dengan kondisi kulit dan mata yang menguning, yang memungkinkan bayi memerlukan perawatan di rumah sakit.
  • Diabetes tipe 2. Setelah bayi lahir, biasanya kadar gula darah sang ibu akan kembali normal. Namun, sekitar 50% wanita dengan DG mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari. Risiko diabetes tipe 2 setelah diabetes gestasional ini dapat diturunkan dengan upaya mencapai berat badan yang sehat setelah melahirkan. Selain itu, diperlukan juga untuk melakukan tes gula darah 6 hingga 12 minggu setelah bayi lahir dan kemudian rutin setiap 1 hingga 3 tahun sekali guna memastikan gula darah dalam level yang normal.

 

 

Promo Untuk Kamu Bulan ini

Pemeriksaan Diabetes Gestasional

Skrining diabetes gestasional dilakukan pada usia kehamilan 24 hingga 28 minggu melalui prosedur Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 50 gram selama 1 jam. Jika hasil tes kadar gula darah ≥130 mg/dL (7,22 mmol/L), atau ≥140 mg/dL (7,77 mmol/L) maka mengindikasikan DG.

Namun, bila diperlukan, dapat dilakukan tes konfirmasi menggunakan prosedur TTGO 100 gram dengan toleransi selama 3 jam. Kehadiran dua atau lebih hasil abnormal berikut dapat menetapkan diagnosis diabetes gestasional:

  • Kadar gula darah setelah 1 jam: ≥180 mg/dL
  • Kadar gula darah setelah 2 jam: ≥155 mg/dL
  • Kadar gula darah setelah 3 jam: ≥140 mg/dL

Pertanyaan Seputar Diabetes Gestasional

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Diabetes Gestasional?

Setiap wanita dapat mengalami DG selama kehamilan. Tetapi beberapa wanita berisiko lebih tinggi, jika:

  • Berusia di atas 40 tahun.
  • Kelebihan berat badan dengan Body Mass Index (BMI) diatas 25.
  • Aktivitas fisik yang rendah.
  • Memiliki riwayat bersalin dengan berat bayi 4,5 kg atau lebih saat lahir.
  • Pernah menjalani bypass lambung atau operasi penurunan berat badan lainnya.
  • Memiliki riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus.
  • Sindrom ovarium polikistik.
  • Kadar HDL yang rendah.
  • Hemoglobin A1C lebih besar dari 5,7.
  • Trigliserida lebih besar dari 250.
  • Tes toleransi glukosa oral abnormal.
  • Memiliki akantosis nigrikans yang menandakan resistensi insulin yang signifikan.
  • Riwayat medis penyakit kardiovaskular sebelumnya.

Bolehkah Pasien DG Minum Susu untuk Ibu Hamil?

Susu untuk ibu hamil memang memiliki berbagai manfaat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan menunjang pertumbuhan janin yang sehat. Berbagai zat gizi yang terkandung di dalamnya, termasuk kalsium, karbohidrat, protein, vitamin, dan beberapa mineral. Akan tetapi, susu ibu hamil juga mungkin memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang tinggi sehingga berisiko bagi penderita DG.

Oleh karena itu, ibu hamil yang menderita DG perlu bijak dalam memilih produk susu yang akan diminum. Cara terbaik adalah dengan memilih produk susu hamil yang rendah lemak atau bebas lemak. Sebab sama seperti jenis diabetes lainnya, kondisi DG yang mendapat asupan lemak berlebih dari susu bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Selain itu, penting diketahui pula bahwa karbohidrat dalam susu akan terurai dan menjadi gula dalam darah. Sehingga ibu hamil perlu menghindari minum susu secara berlebihan. Hal ini dikarenakan jumlah asupan karbohidrat dari susu yang melebihi batas asupan karbohidrat ideal per hari dapat menyebabkan lonjakan gula darah.

Jadi, pada dasarnya pasien DG boleh-boleh saja untuk minum susu khusus ibu hamil. Namun, sangatlah penting untuk selalu memeriksa komposisi dan informasi nilai gizi susu untuk ibu hamil yang tertera pada kemasan. Hal ini berguna untuk memastikan susu yang akan diminum tidak berpotensi mengganggu upaya pengontrolan kadar gula darah.

Bisakah Melahirkan Normal?

Ya, bisa. Ibu hamil dengan diabetes gestasional memiliki peluang melahirkan secara normal dengan bayi yang sehat tanpa intervensi apapun, seperti induksi atau operasi caesar. Asalkan, kondisi DG tersebut terkendali atau ibu hamil bisa menjaga kadar gula darah tetap stabil selama kehamilan.

Bagaimana Dampaknya pada Bayi?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kondisi diabetes gestasional yang dialami oleh ibu hamil dapat membawa dampak bagi bayi. Itu termasuk memungkinkan bayi lahir dengan ukuran lebih besar dari biasanya, bayi lahir prematur, bayi kuning, hingga menyebabkan bayi memiliki gula darah rendah.

 

 

Sumber:

  1. Gestational Diabetes. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545196 Diakses 1 Februari 2023. 
  2. Gestational Diabetes: Cause, Diagnosis & Treatments. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9012-gestational-diabetes. Diakses 1 Februari 2023.
  3. Gestational Diabetes. https://www.nhs.uk/conditions/gestational-diabetes/. Diakses 1 Februari 2023. 
  4. What to Know About Diabetes and Milk. https://www.webmd.com/diabetes/what-to-know-about-diabetes-and-milk. Diakses 1 Februari 2023.

 

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah, Care Pro & Dokter Umum di Kavacare)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest